Ibu dalam pandangan Agama Hindu (II) selesai.

Ibu sebagai Ibu Rumah Tangga
Swadharma Ibu rumah tangga dalam suatu keluarga adalah sebagai pengatur di dalam keluarganya untuk menuju pada keharmonisan antara semua anggota keluarga secara lahir dan bain. Tugas ini memang berat tapi itu merupakan kewajiban sehingga si Ibu dalam tugasnya ini sering diberikan julukan " Ratu Rumah Tangga". 

Sang ibu mengatur urusan dalam rumah tangga yang bila kita lihat tak akan ada habis-habisnya. jika semuanya itu akan dikerjakan maka seorang ibu tak akan pernah istirahat. Dari sejak pagi mulai bangun tidur mempersiapkan sarapan bagi anggota keluarga, membersihkan rumah, beryajna dan sebagainya sampai lupa akan kesehatan dan kadang-kadang lupa merawat dirinya. Demikianlah pengalaman hidupnya melalui ber-yadnya mereka melakukan pengabdian pada keluarganya, untuk berusaha mengendalikan dirinya, agar dapat  mewujudkan tujuan hidup berumah tangga yang bahagia lahir dan batin. 

Tuntunan Pustaka suci Manavadharmasastra XI. 29 telah dihayati dan berusaha untuk diamalkan dalam kehidupan guna mencapai tujuan yang diinginkan, berbunyi :

"Wanita yang kuat mengendalikan pikiran, perkataan dan tubuhnya, tidak menyalahgunakan (kehormatan) suami, dia akan mendapatkan alam kebahagiaan bersama-sama dengan suaminya dan ia diberikan julukan orang budiman "sadwi" (wanita susila)"

Sebagai pengatur rumah tangga, si ibu harus pandai-pandai menyesuaikan diri, karena bagaimanapun juga kehidupan keluarganya tak akan bisa dipisahkan dengan orang tua yang menjadi mertua dan saudara-saudaranya sebagai ipar, apalagi kalau suami yang didampinginya merupakan anak tunggal sudah barang tentu ada berbagai permasalahan yang terjadi. Oleh karena itu sang Ibu harus berusaha mengendalikan dirinya.

Ibu Penerus Keturunan dan Pembimbing Anak

Swadharma Ibu sebagai penerus keturunan merupakan kewajibannya di dunia ini yang telah ditakdirkan oleh Hyang widhi sebagai sumber kelahiran manusia. kodrat ini patut disyukuri karena kelahiran anak merupakan penyelamat bagi leluhur yang masih terhalang perjalanannya untuk menuju Moksa sebagai tujuan akhirnya, yang akibatnya masih adanya noda yang patut ditebus melalui penjelmaan kembali ke dunia ini dengan jalan berbuat. Jika kita lihat dalam Adi Parwa diceritakan tentang kisah penderitaan leluhur sang Jaratkaru yang tergantung pada sebuah bambu dalam keadaan yang sangat berbahaya, akhirnya dapat diselamatkan setelah sang Jaratkaru melaksanakan perkawinan dan memiliki keturunan. 

Ibu sebagai penerus keturunan dapat diibaratkan sebagai Dewi kemakmuran dan penerus keturunan dinyatakan dalam pustaka suci Manavadharmasastra XI.26-27 yang artinya :

"Sama sekali tidak ada bedanya anatar Dewi Sri (dewi kemakmuran) dengan istri di rumah, yang dikawinkan dengan tujuan mempunyai keturunan, membawa kebahagiaan, yang layak dipuja sebagai pelita rumah"

"Melahirkan anak, memelihara yang telah lahir, lanjutnya peredaran dunia, wanitalah yang menjadi sumbernya"

Kasih sang Ibu kepada anaknya tiada pilih kasih dan tiada memimta balasannya. Kasih sayang Ibu diibaratkan seperti Matahari. Sang Matahari menyinari semuanya tanpa memilih mana yang kaya dan mana yang miskin, mana yang baik maupun mana yang buruk dll. Itulah kasih Ibu sepanjang Jalan, tiada batasnya. Dalam Kitab Sarasamuccaya 224 dijelaskan :

"Demikianlah si Ibu, dalam kasih sayangnya pada anaknya sama rata, sebab baik yang mampu maupun yang tidak mampu, yang berkebajikan, yang tidak bajik, yang miskin, yang kaya, anak-anaknya itu semua dijaganya"

Apa yang harus kita lakukan terhadap Ibu Kita?

Kita semua pasti sudah mengerti dan tahu apa yang harus kita lakukan? antara lain menghormati, menyayangi dan selalu patuh pada perintahnya. Dalam kitab-kitab Hindu Manavadharmasastra dijelaskan apa yang harus kita lakukan :

"Wanita harus dihormati dan disayangi oleh ayah-ayahnya, kakak-kakaknya, suami dan ipar-iparnya yang menghendaki kesejahteraan sendiri" (55).

"Dimana wanita dihormati, disanalah para Dewa-dewa merasa senang. tetapi dimana mereka tidak dihormati tidak ada upacara suci apapun yang akan berpahala" (56)

"dimana wanitanya hidup dalam kesedihan, keluarga itu cepat akan hancur, tetapi dimana wanita itu tidak menderita, keluarga itu akan selalu bahagia (57)

' Rumah dimana wanitanya tidak dihormati sewajarnya, mengucapkan kata-kata kutukan, keluarga itu akan hancur seluruhnya, seolah-olah dihancurkan oleh kekuatan gaib"

Terima Kasih.....semoga bermanfaat.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar